Candi Kidal di Kabupaten Malang, tepatnya berada di Desa Kidal Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang sebelah timur kota Malang melewati jalur menuju bandara Abdurahman Saleh. Apabila Anda menggunakan jasa sewa mobil Malang, Anda akan mudah menemukan tempat ini karena memang bagi orang Malang sendiri atau orang yang bekerja di bidang pariwisata candi ini sering dikunjungi. Memang dari lokasinya candi Kidal tergolong agak jauh dari jalur wisata atau tepatnya dari pusat kota Malang, tetapi tempat ini harus dikunjungi apabila berada di Malang karena memiliki nilai sejarah yang tinggi. Candi yang mempunyai luas 79 x 40 meter ini sangat nyaman dikunjungi karena bersih dan mempunyai taman-taman yang rapi, sebagian yang datang ke Candi Kidal adalah anak-anak sekolah dari SD maupun mahasiswa, kebanyakan mahasiswa yang datang karena mendapatkan tugas dari kampus. Untuk wisatawan asing pun masih banyak yang datang ke candi ini, biasanya mereka datang pada bulan-bulan Juni hingga Agustus. Untuk mengunjungi tempat ini wisatawan tidak ditarik tiket atau biaya masuk maupun biaya parkir, tetapi dari pengelola memberikan tempat untuk sumbangan seiklasnya untuk dijadikan sebagai dana perawatan candi Kidal.
Sejarah Candi Kidal
Candi Kidal adalah tempat pendharmaan bagi Raja Anusopati yang merupakan anak dari Tunggul Ametung dan Ken Dedes, tetapi pada waktu Ken Dedes mengandung Raja Anusopati Tunggul Ametung dibunuh oleh Ken Arok. Sebagai bentuk penghormatan atas Raja Anusopati yang wafat sejatinya ada arca Anusopati di dalam candi, tetapi konon arca yang berbentuk Dewa Siwa itu berada di museum Belanda hingga sekarang.
Keistimewaan Candi Kidal
Namun candi Kidal sesungguhnya memiliki beberapa kelebihan menarik dibanding dengan candi-candi lainnya tersebut. Candi Kidal terbuat dari batu andesit dan berdimensi geometris vertikal. Kaki candi nampak agak tinggi dengan tangga masuk keatas kecil-kecil seolah-olah bukan tangga masuk sesungguhnya. Badan candi lebih kecil dibandingkan luas kaki serta atap candi sehingga memberi kesan ramping. Pada kaki dan tubuh candi terdapat hiasan medallion serta sabuk melingkar menghiasi badan candi. Atap candi terdiri atas 3 tingkat yang semakin keatas semakin kecil dengan bagian paling atas mempunyai permukaan cukup luas tanpa hiasan atap seperti ratna (ciri khas candi Hindu) atau stupa (ciri khas candi Budha). Masing-masing tingkat disisakan ruang agak luas dan diberi hiasan. Konon tiap pojok tingkatan atap tersebut dulu disungging dengan berlian kecil.
Hal menonjol lainnya adalah kepala kala yang dipahatkan di atas pintu masuk dan bilik-bilik candi. Kala, salah satu aspek Dewa Siwa dan umumnya dikenal sebagai penjaga bangunan suci. Hiasan kepala kala Candi Kidal nampak menyeramkan dengan matanya melotot, mulutnya terbuka dan nampak dua taringnya yang besar dan bengkok memberi kesan dominan. Adanya taring tersebut juga merupakan ciri khas candi corak Jawa Timuran. Di sudut kiri dan kanannya terdapat jari tangan dengan mudra (sikap) mengancam. Maka sempurnalah tugasnya sebagai penjaga bangunan suci candi. (Sumber : Wikipedia)